Runtuhnya Sebuah Kerajaan


Penulis: ziar Zona zabardi Asli
01/12/2019
“Sebuah peradaban besar tidak runtuh dari luar Tapi, sebuah peradaban besar akan runtuh dari dalam”. Jika melirik kembali sejarah dalam pendekatan historis, mundurnya sebuah kerajaan-kerajaan besar masa lalu bukan disebabkan karna kekalahan dalam medan pertempuran dan mandegnya transformasi keilmuan. Dimana masa kejayaan dan keemasan Bani Abbasiyyah disamping luasnya kekuasaan dengan kuantitas yang begitu banyak dan kemajuan ilmuan pengetahuan yang begitu pesat dalam bidang fiqih, hadist, tasawuf, astronomi, fisika, kimia dan matematika namun berakhir begitu saja tanpa ada yang menyadari kelemahan-kelemahan didalamnya. Disisi lain, factor penyebab utama runtuhnya sebuah peradaban akibat dari keretakan-keretakan pemegang kekuasaan. Keretakan itu sendiri dalam siklus waktu yang sangat panjang akan mengalami pembengkakan yang begitu besar.

Demikian dalam organisasi, dinamika kekuasaan dan keinginan tidak akan pernah mampu menjawab kepuasan manusia. kekuasaan yang tidak pernah pisah dengan politik sangat rentan kepentingan dengan menge-cut satu dengan yang lainnya. Akibatnya, perang dingin yang tidak ada batas dan berkesudahan akan menumbuhkan sikap trauma dalam mengembangkan sikap politiknya. Pergolakan politik terus bergulir membuat keadaan tidak stabil dan menjalankan roda pemerintah yang kurang efektif. Konflik berkepanjangan separuh abad kepemimpinan cukup menyita waktu  yang panjang dalam meredam dan mewujudkan kebersamaan. kelengahan sudah terkuras tanpa sadar  kesempatan baru muncul untuk berkembang.

Dalam praktiknya semua orang menyadari bersama bahwa kekuasaan menjadi visi utama masing-masing individual dalam memotivasi diri untuk menyampaikan ide ataupun gagasan serta misi yang ingin dicapai. Kekuasaan sebagai jalan dalam menyalurkan ide dan gagasan seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baik mungkin dan mengabaikan kerumunan sebagian kecil penyamun. Sikap tidak baik dari pemegang kekuasaan ketika mencapai puncak kejayaan, manusia lupa akan misi utama dalam membangun peradaban yang kokoh sehingga terlena dalam pelukan kemegahan dan rayuan romantis kekuasaan yang digenggam. Perkembangan peradaban dalam mencapai status kemajuan tidak dihiraukan dan menyepelekan adalah penyakit utama kemunduran.

Kekuasaan sebagai perangkat utama dalam menunjang perubahan tidak harus menjual idealisme dengan kepentingan. Begitu murah idealisme jika dibeli dengan kepentingan. Kekuasaan yang erat kaitannya dengan kos-kos politik mestinya tidak melanggar etika politik mengabaikan lawan politiknya sebagai bahan cacian dan dikucilkan tidak menjadikan mitra kerja dalam membangun peradaban. mestinya, tidak membuat perpecahan didalam tubuh kekuasaan. 

Kekuasaan sebagai alat untuk menjalankan roda politik mesti mejalin mitra kerja yang baik dan memberikan angin segar bagi kepentingan bersama. tidak sentralistik dan bertumpu kepada rutinitas tapi juga harus pandai dalam memenejemen dan kreatif untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing.

Opini,.Tim sekretpena.